Matamu sepasang coklat tua yang teduh
memandangmu, seperti rindang pepohonan di tengah naungan skolam dahaga
aku tercebur....
Jatuh dan mencintaimu
dan cinta berpendar dalam berjuta pixel warna
memancar di percik cipratan airmatamu.
Dan di sejuk tatapanmu,..
aku melukis puisi....
sebab di sana ada spektrum cinta
membuat rindu seteduh biru lautan
yang anggun menyusun ombak gemuruh
membuat kecemasan membias ungu seperti langit malam
menunggu bintang-bintang berlabuh.
Selasa, 31 Mei 2011
di sejuk tatapanmu
Senin, 30 Mei 2011
lihatlah gerimis
Angin beringsut perlahan
Langit hanyut ke seberang
Santapan ini tak sedikit pun berkurang
bikin hilang rasa kelaparan
bikin enak hati dan pikiran
Selalu ingin sayang-sayangan siang dan malam
Biar jiwa khusuk terpuaskan.
Lihat gerimis
Seperti butirbutir kasih sayang yang kutaburkan dalam hidupmu
adalah pelangi untuk permadani kita ke nirwana
Berkilauan penuh warna
Tak usah khawatir remang menghapusnya dari cakrawala
Sebab gulungan pelangi tak ada habisnya di hatiku
Semuanya kuhidangkan untukmu.
Minggu, 29 Mei 2011
labuhan hati
Semoga, sayap patahku
cukup menghangatkan pangeran hati
Yang melambungkan bahagiaku,
meneduhkan di saat diri telah merapuh
Kini kumengerti arti penantian
memahami makna gelombang sebelum daratan
saat ksatria kejora memanah mendung di angkasa
derai tawaku menjadi bintang di langit terang
binar mataku cahaya di jiwanya
dia labuhan hatiku
Kamis, 26 Mei 2011
di bawah bulan
Aku sedang memandangmu
di bawah bulan setengah lingkaran
membaca selaksa kata di matamu
menafsirkan sirat cinta.
Maka ketika kau memandangku
aku tahu, kau bulan yang jatuh di wajahku
kau yang selalu di wajahku
menuliskan pendarpendar cahaya
petunjuk bagi langkahku
menelusuri jalan setapak di hatimu
langit yang selalu membukakan pintu
untuk pulang kepakkepak sayapku.
Di bawah bulan yang mengambang
di pematang alis matamu
ribuan kata tertutup embun dan kulihat wajahmu
merunduk menggenggam bulir rindu.
Rabu, 25 Mei 2011
inginku
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya tiada
Inginku mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada
Minggu, 22 Mei 2011
Dear Diary
mungkin waktu ini terlalu sore
untukku menulis catatan harianku
secuil demi secuil kerinduanku
padanya semakin bertambah
kepada bidadari yang ku puja
bukan seorang dinda
ataupun bunga semerbak di taman
namun...
aku terlalu takut mengungkapkan
rasa dalam kalbu
semakin takut dan semakin takut
karena ku tak ingin melukaimu
saat kau bersamaku
Sabtu, 21 Mei 2011
terkulai
diterpa angin ke sanubarimu,
agar senantiasa sejuk berembun,
membekukan kedengkian,
menebarkan pesona keindahan,
hingga aku terpanah sinarmu.
mengisyaratkan sejuta arti,
tentang keresahan jiwa terpana,
terzalimi manisnya senyummu,
dan akupun jatuh terkulai,
hingga saat kau bangunkan aku.
Minggu, 08 Mei 2011
menyelingkuhi waktu
Kau yang terasing dan hampir hilang
maafkan bila ku menyeligkuhi waktu
bukan maksud dan inginku lalui ini
tapi keadaan yang memaksa mengganti makna
dalam pudar yang mulai kehilangan warna
adakah jiwa yang menolongku dalam hilangnya arah
kusadari kini ku tersesat
seperti daun-daun yang hanyaut di arus deras
terseret tak terhenti, tanpa tujuan
Selasa, 03 Mei 2011
rahasia adam dan hawa
Sepiring senja dan ceplok mentari kemerahan
disajikan dengan rasa sayang
taburan gerimis dikupas tipis
seikat pelangi menambah sedap hidangan
seleraku bertambah saat kautambahkan saos canda
kecap manis di bibirmu kuhapus dengan ciuman
Kekasihku... cinta adalah hidangan
resep rahasianya ketulusan dan pengorbanan
rahasia yang dibawa Adam dan Hawa dari surga
cinta adalah menu istimewa bagi setiap pasangan
yang membuat kita bertahan dalam segala cobaan
yang membuat bertambah saling rindu
membuat kecanduan cumbu
Senin, 02 Mei 2011
hanyut
di taman itu, pendarpendar mentari menari
di atas daundaun basah
aku hanyut pada parasmu yang basah.
Tiada yang sungguh indah dari cakrawala cinta
ketika bening tetes hujan menggenang lekuk merah bibirmu
senyum terkulum, mataair dengan sekuntum padma
mengalir hening ke relung sukma.
Ada seikat pelangi di balik gerimismu
cahayanya terurai dalam larik-larik puisi
bercucuran di sudut matamu
melukiskan berjuta pixel warna cinta.
terdampar
Telah kuakarkan gelisah
pada nadi laut
hingga menghunjam kalbu bumi
dan aku menari-nari memacu ombak
menjaring mentari yang terlelap
di pembaringan gulita
Jukungku berlayar tanpa gairah
menyusuri jejak angin dan pasir
yang terlena di tengah percakapan purba
dan sayap-sayap kabut
menyesatkan mataku yang pupuh
hingga aku terdampar di pesisirmu