Senin, 28 Februari 2011

bergurau dengan nasib

Tak pernah berpikir di sinilah hati bermuara
Menjadi penghuni gubuk dekat laut sebelum delta
Lain waktu aku pun kembali
Bersenda gurau dengan nasib
Tak lebih sekedar canda tawa
Bersama pelangi sahabat karib

mengetuk hati permaisuri

Aku berlabuh di dermaga rencana Tuhan.
Di perbatasan pantai Tabanio

Menuju pintu sakral laut utara jawa
Ziarahi ruang berdinding guci yang suci

Namun, akalku terbatas menafsirkan makna, saat itu.
Bahwa suatu hari aku kembali tidak ke pintu itu lagi
Mengetuk hati permaisuri di jendela
Keraton. Kemudian menjadi pasutri sejati

Menjembatani hari ke hari lain tanpa bertanya
Melintas ke utara laut tanpa maksud merajut rasa
Kembarai kota tanpa rencana; hanya linglung saja
Di sinikah aku terdampar?

Menerawang pertanyaan di setiap jelaga

renung

Manusia manusia renung, kembalilah.....
membawa semburat tabir tenung ke nyataku
Aku rindu racau yang semilir seperti angin
semerbak seperti mawar
dan seperti jemarimu melentik di kelopak bunga.
Aku akan selalu di senja sanggraloka, untukmu.

bersimpuh dalam asa

Dalam sendiri
Terlena dalam lagu
Merenungi takdir, jiwa dan waktu
Sendiri dalam syahdu
Terlena dalam kembara khayal
Menata rencana dalan aksara

ku ingin jiwa-jiwa menyapa
bersenda bersama
mengajakku bercanda
membawaku dalam suka

ku ingin waktu mendekat
bersimpuh dalam asa
takluk dalam kuasaku

dan aku harus memulai
karena menunggu bukanlah rencana
karena menunggu akan menikam masa

Minggu, 20 Februari 2011

melukis mimpi

Engkau adalah setangkai bunga
Yang mekar tebarkan pesona
Dengan wangi yang menyemerbak mayapada
Takkan ku biarkan dirimu merana dan layu
Dalam keperawanan  yang menyanjungkanmu
Kan ku jaga rekahmu dalam cerahnya mentari
Tataplah langit malam ini dan resapi indahnya
Lihatlah bulan dengan  purnama yang telah berlalu
Dan taukah kau saat ini hatinya menangis
Karena dalam hatiku mengagungkanmu
Melebihi agung keindahannya
Genggam erat tanganku, jangan lepaskan
Biarkan kecemburuannya memuncak
Agar semakin terang cahyanya naungi kita
Rasanya tak ingin ku biarkan waktu berlalu
Tak ingin kisah ini beranjak pergi
Tak ingin malam ini berakhir dalam pekat
Tetaplah kau di sini bersamaku
Melukis mimpi kita…..
Menggapai bintang yang terindah disana
Untuk mengabadikan semua kenangan indah kita ini

Sabtu, 19 Februari 2011

purnama

Indah purnama dengan rembulan bergelang pelangi
Mengirimkan-ku sebuah bayang-bayang
Yang menari indah dipelupuk mata
Bersama sebuah rasa dalam tebaran sinarnya
Sebuah rasa terindah yang belum pernah ku miliki
Yang hingga kini masih mengikat dan membelengguku
Terikat erat bersama bayangku
Semakin ku coba melepasnya
Semakin erat rasa itu mendekapku
Semakin inginku berlari
Semakin dia mengejarku

harapan

Saat ku berada jauh dari mu
Ku pendam rasa rindu ini
Terjerat dalam lamunan yang fana
Terasa hampa kala terjaga
Keluh kesah yang ku rasa saat ini
Menyiksa hati dalam kesunyian malam
Ku selalu berusaha mawas & tabah
Di saat jarak membentang ku coba ntuk Setia
Betapa besar dan tulusnya hati
Menyayang dara penuh asih&cinta
Harapan hati hianat&dusta kan sirna
Untuk menjelang bahagia yang di damba

Kamis, 17 Februari 2011

rasa

Bila sebuah bintang dengan kerlipnya
Menggantung indah menghiasi malam
Ketika sang bulan redup sabit melengkung.
Haruskah dia tau, pada siapa sinarnya tertuju
Biarlah kelamnya malam sebagai pembias
Meskipun dia tau di bumi ada satu insan
Yang mendambanya dengan beribu harap
Bersama tebalnya halimun yang menjadi selimut malamnya
Sehingga rasa itu mengental dalam urat nadinya
Dan menyumbat aliran darahnya…..
Sehingga waktu terasa lamban berputar baginya  

rotasi



Menyambut pagi yang indah
Kicau burung pun menghiasi
Perlahan kau beranjak dari peraduan
Sinar Mu pun terangi mayapada
Detik demi detik Kau beranjak
Melintasi garis dan kodrat alam
Hingga menjelang senja yang di nanti
Dan lenyap di ufuk barat,
Tinggal kesan merahnya senja yang indah
Sekejap malam pun tiba di temani kesunyian
Hanya binatang malam yang memecah pekatnya malam
Sejenak pejamkan mata
Untuk menyambut datangnya hari esok yang penuh misteri

Selasa, 15 Februari 2011

tangisan malam

Ingin ku berjalan mundur memutar waktu
Lepaskan beban yang kini menahan langkahku
Sampai tangisan malam terhimpit dan menjauh
Dan tak mampu menolongku tuk lepaskanku
Dari jiwa yang tertanam di benakku
Tlah lupakah kau disaat ku menangisi embun
Kau pernah ciptakan mimpi indah
Di atas hayal-hayal di belakangku
Yang kini ku tinggalkan di jejak harimu
Tapi dimana hatimu kini….?
Terasa dekat tapi tak bisa ku jamah
Haruskah ku turut sesal sang bulan…!?
Yang kini tertanam di redup cahaya
Hingga bisa memecah batu dengan air mata

Senin, 14 Februari 2011

bukan kisahku

Telah lelah ku coba tuk menjadi dirinya
Sampai kapanpun ku takkan bisa 
Taukah kau cerita ini menyiksa jiwaku
Karena ini kisahnya, bukan kisahku
Cobalah kau mengerti ku ingin berlari
Inginku tersadar dari semua mimpi ini
Tak ingin ku hidup di belakang bayangnya
Rasakan sebuah kebebasan abadi dalam cinta
Mencari sebuah kehidupan nyata yang mereka rasa
Dan hidup dengan satu rasa yang terisi

Minggu, 13 Februari 2011

merapuh

Yang katamu harus ku tempuh
Kau hanya berikanku satu pilihan
Yang inginmu harus ku ambil
Meski ku merapuh namun ku harus melangkah
Di kabutnya kelabu yang sesakkan nafas
Inilah keperihan yang harus ku nikmati
Karena yakinmu ini yang terbaik bagi kita
Mungkin fikirku ini yang terbaik bagimu
Tapi yakinku pasti bukan yang terbaik bagiku
Dan kini ku harus terus berjalan
Di keikhlasan yang rela ku pilih
Meski belenggu mengungkung langkahku
Terbeban oleh belenggu yang mengikat
Segala kenangan terindah tentangmu
Dan kini berakhirlah semua rasa
Yang pernah terberi di pencarianku

Sabtu, 12 Februari 2011

Siapakah..?

Siapakah dirimu kini…?
Membingungkan dan membuatku tersesat
Kemana harus ku menatap mencari petunjuk
Kemana mesti ku tuju mencari arah
Lihatlah bintangku tak nampak tersapu hujan
Yang menyeruak dengan kemenangan
Karena cerita masa lalu yang masih berbisik
Dalam pelannya hembusan angin
Haruskah ku terus melangkah tanpa arah
Tertatih dengan beribu luka lewati jalan berbatu
Dalam sifatmu yang masih tiada ku mengerti

Jumat, 11 Februari 2011

yakinkan

Tak perlu kau bertanya di sisi letihmu
Tentang segala keraguan yang memurukkanmu
Tak perlu kau dengar bisikan lirih itu
Jangan sampai kau tertipu sepi
Itu hanya desir angin yang mengelabui awan
Yakinkan hatimu di terangku
Karena mendung hanyalah irikan bumi
Dan leburkan semua bisik perihnya
Biarkan dia mengering terbakar matahari

Kamis, 10 Februari 2011

Bidadari tak bersayap

Malam …...
Melukiskan indahnya zahirmu yang selalu memikatku
Membuatku tak henti menatapnya
Menghanyutkanku dengan hayal tentang dirimu

Biarlah…..
Kulepas jiwaku terbang jauh menembus ruang dan waktu
Kuinginkan dia dapat bertemu dengan mu wahai bidadariku
Bidadari yang tetap terindah meski engkau tak bersayap
Untuk merangkai sebuah mimpi yang ku yakin kan indah

Bila nanti ku temukan dirimu
Tak ingin ku tersadar dari hayalku
Tak ingin ku terlepas dari mimpimu
Kan ku relakan dia selamanya hidup dalam taman hatimu
Dan izinkanlah dia menjadi raja di hatimu
Yang kan selalu bertahta dalam istana cintamu

fazar

Fajar pagi tebarkan harum putik bunga
Menyambut bidadari yang turun dari surga
Tuk sadarkan putriku dari mimpi dalam lelapnya
Bangunlah putriku…..
Burung telah bernyanyi…..
Sirami bunga-bunga cinta kehidupanmu
Biarkan cahya mentari pagi menyinari dan menyegarkanya

Selasa, 08 Februari 2011

Hari ini

Hari ini,
aku menemukan wajahmu
diantara ribuan garis hujan
Suara gerimis terdengar miris
menabuh bumi yang makin memburuk ini
Ah, cinta kita,
kelak akan makin sempit menikmati wajah dunia,
jarak kita akan semakin dingin
dan menganga dalam kata-kata…

sesuatu yang terlewatkan

“sesuatu yang terlewatkan”
Tlah lama cerita ini terjadi
namun baru sekarang ku kenang lagi
sebuah kisah yang pernah terjadi
sebuah kisah yang pernah menjadi sesuatu
sebuah cerita yang menggores kenangan
dan kini kembali tuk menghantui

Tak ada cerita tanpa masa lalu
Tak ada masa lalu tanpa cerita

Sesuatu yang terlewatkan
namun aku tak ingin melewatkan sesuatu
walau itu hanyalah sebuah serpihan kecil
dari hari yang pernah terlewatkan

Minggu, 06 Februari 2011

jawaban pertanyaan yang tersisa

Kau satu hati yang bertanya
Mengapa ada satu rasa tercipta di dalam asa
Andai saja kau meluangkan waktu
Tuk sejenak menghentikan langkah
Mengatur nafas dan menoleh kebelakang
Mungkin kau kan merasakan getaran bumi
Dan kau tak perlu bertanya
Dan pasti kau kan pasti sadari
Apa jawaban pertanyaan yang tersisa
Coba kau tatap senja yang selalu kembali
Meski dia kan selalu terbenam
Namun dia mengerti mengapa dia tercipta
Karena dia tau malam telah merindukannya

Sabtu, 05 Februari 2011

karma, balasan atau sebuah kutukan

Tak mengertikah kau dengan rasa sejati ini
Rasa ini rasa yang tumbuh karena rasamu
Rasa ini bersemi dengan siraman air matamu yang menjadi tanah
Dalam penantianmu yang katamu takkan berakhir
Tapi taukah kau…!
Untuk rasa ini ada hati yang menjadi mata air dan membandang
Mengalir deras menenggelamkan cintanya
Yang dianggapnya kan selamanya abadi
Dan dikiranya sebuah cinta sejati
Menghanyutkan semua kenangan dan harapan
Yang pernah melintas mengarungi hari bersama sayap mimpinya
Tapi kini…..
Setelah ku sadari betapa berartinya hadirmu bagiku
Setelah ku jadikan kau tujuan hidupku
Setelah ku jadikan kau bidadari terakhir dalam hidupku
Dan setelah ku tinggalkan dia
Kenapa kau mulai beranjak pelan tuk pergi meninggalkanku
Mungkinkah ini karma…..?
Mungkinkah ini balasan…..?
Atau mungkin ini sebuah kutukan …?
Yang sudah tertatah dilangit untukku
Dan kini…..
Tinggallah ku sendiri merenung sepi
Dalam  kungkungan dan belenggu jiwa
Mereguk pahitnya sebuah keputusan yang menyayat banyak hati

Jumat, 04 Februari 2011

bukan malaikat berhati emas

Tiada pernah mengertikah engkau
Ku bukan malaikat yang berhati emas
Ku hanyalah seseorang yang masih bertahan
Dalam senyum yang menyayat hati
N’tah kenapa tak bisa ku pahami
Mungkin karena ku terlanjur cinta
Mungkin hatiku teralanjur sayang
Semakin hari kian ku rasakan
Sinar terang yang dulu dibelakangku
Sempat ku abadikan indah di sampingku
Namun kini mengapa sinar itu redup dan memudar
Tak bisa indahkan hari-hariku lagi
Apakah rasa itu masih tertinggal
Di waktu dalam penantianmu
Apakah cahya itu hanyalah jejak di bibir pantai
Yang sejenak terukir lalu tersapu tak berbekas
Atau mungkin cintamu bukan indahnya malam
Karena ternyata masih kelamnya senja
Akankah ini menjadi pertanda
Awal sebuah akhir cerita antara kita 

Kamis, 03 Februari 2011

di antara awang-awang surga

Malam, ketika sambit di lengkung langit

Para Malaikat melantunkan kidung Tuhan
Diantara awang-awang surga
Diiringi tabuhan tasbih bersenandung
Mengalun hingga kejora menyambut fajar
Bersimbuh embun di daun pagi adalah asal mula engkau tertanam
Yang kini terpelihara di plasenta
Ruang nafasmu berhembus di dunia.

Rabu, 02 Februari 2011

kau panggil mereka Ayah dan Bunda

Laksana pengobat rindu
Kau adalah buaian nun jauh
Menerawang adamu di ruang damai tanpa suara
Membuncah hati pecintamu menjalar
Di keheningan jendela serupa titik cahaya
Dengarkan bisikkan lirih dari balik ruang hatimu
”Yakinilah pilihan, ketika kau menyanggupi saran Tuhan
Untuk hidup berdampingan bersama malaikat-malaikatNya”.
Semua kembali kepadamu jua
Bertemu dengan penjagamu atau meminta kepadaNya
Kekuatan memekarkan bunga di genggaman syari’atmu
Kau panggil mereka Ayah dan Bunda.

Selasa, 01 Februari 2011

Keinginan adalah penderitaan

Keinginan adalah penderitaan
Ingin ku miliki bahagiamu bersama ku
mengoyak jiwa dan raga ku
Tak mampu ku bendung sebuah lara

hingga menghempas ku ketepian hati mu
Maaf…….

sebuah kata anugrah
namun tak mampu buat mu kembali
Kabar bahagia ku sambut

walau terhenyak hati menerima
Aku berDoa semoga kau bahagia
Biarlah ku simpan rasa ini jadikan teman hari-hari ku