Sabtu, 30 April 2011

bagai cahaya

Andai kau tau,tidurku begitu lelap oleh syair asmaramu.
mengalir di setiap sudut kamarku, bagai cahaya
menerangi lentera peraduan yang mulai redup.
sinarnya mampu menerobos mimpi indahku bersamamu..
menebarkan cahaya kemilau yang tak berujung.
bening seperti kristal dan putih seperti kapas..

Aku melihatmu bak seorang biduan

yang mendendangkan syair lagu sang pujangga.
yang menjaga tidurku lena 
dan memastikan aku terbuai oleh puisi cintamu..

Aku berharap mimpi ini berterusan,
tanpa meninggalkan satu cerita pilu.
sampai sang pajar membangunkanku dari buaian tidur malamku....

aku terperangkap

Selalu terbuai oleh alunan cinta kasih
yang senantiasa bergelora
dalam rengkuhan cintamu

aku terperangkap jauh masuk ke relung hatimu yang paling dalam.
dan asmara itu membuatku hanyut dalam aliran pesonamu.

Membawaku terbang begitu tinggi..
bergelayut pada bulan sabit yang bersinar di malam hari..
sungguh alangkah indahnya

pabila kau yang menemaniku melantunkan syair-syair asmara.
melelapkan tidurku dalam buayan alunan suara merdumu..

berjanjilah

Aku akan mengawalmu dari pencela-pencelamu
bunga-bunga boleh saja 
layu
tapi ku kan menjaga agar cahaya bunga itu slalu merekah ditaman hati
lalu menjelma menjadi cahaya bintang
yang mengisi kesunyian malam

Duhai cintaku berjanjilah

dihadapan langit dan bintang
sekalipun kita takkan bersatu
namun jiwa kita kekal dalam keabadian cinta.

aku mendengarnya

Aku mendengar rintihan jiwamu,
aku mendengar resahmu ,
aku mendengarnya.. sungguh mendengarnya
dan kucoba untuk menjawab setiap pertanyaan 
bathinmu
kemarilah cintaku..
bersandarlah dibayang bahuku
yakinlah 
bahwa aku akan ada disetiap bayang
ulurkanlah sayap patahmu
kan kugapai dan kusembuhkan dengan kepakkan syair jiwaku.

seandainya

Seandainya aku terlahir kembali
Kuingin menjadi hujan,

agar dapat mempersatukan dua jiwa 
yang saling memandang, namun tak kuasa bertemu
Antara bumi dan awan

Seandainya pun tak terlahir kembali
Kuingin menulis jalan tak berujung
Agar dapat menjelajahi
Dua hati di pelosok bumi

bukan purnama

Sayap sayapku yang patah...
Aku bentangkan dengan jiwa terluka

Kucoba paksakan namun angin begitu kuat…
aku mulai sadar sekarang bukan purnama…

Aku jalan merangkak kelangit
hanya tertatih dan melayang…

Jauh diatas kau tak tersentuh…
kubalutkan luka sayapku…

Ku tunggu angin reda diudara
berdiri dipunggung merindukan bulan berharap

menemukan satu jarum diantara ribuan jerami…
oh takdirlah yang menguatkan aku dan akan ku tunggu sempurnaku 
demi bulan dan jerami emasku hingga sinarnya menerangi sadarku…

lava cinta

Setiap rayu adalah aksara yang terbakar
lava cinta meleleh dari mataku

menuruni jurang yang membelah dadamu
denyut nadi tak meredakan gejolak jantungku
magma tak habis habisnya bergolak
memuntahkan vulkanik rindu ke langit semesta
bila debu rinduku menghalangi pandangmu
semata-mata aku ingin memenuhi matamu dengan kata cinta.

Rabu, 27 April 2011

sebelum jauh

sebelum angin itu jauh 
menerpa hamparan rumput-rumput liar ditiap sudut semak 
dan juga dahan pohon nipah yang bertebaran 
menghiasi sebagian besar lahan kosong di pulau ini
dia terlebih dahulu terbias di tiang pancang bajang 
berbercak putih sisa jejak camar hinggap
di sisa-sisa cakar-cakar ombak menggerus kapang
yang tak mungkin hilang
bahkan semakin dalam
menggerogoti batang inang persinggahan
di pulau ini, terbentang kehidupan
tersebar keindahan..

Selasa, 26 April 2011

melebur senja

Senja merambat dengan warna merah tembaga
pelan tapi pasti......., 
naik............, mengganti warna awang-awang 
kedalam kukus lakmus yang berserakan penuh cahaya 
mega-mega seperti membungkus rapat 
sinar matahari sore yang hendak mencium ujung laut 
begitu pelan tanpa sepengetahuan 
tiba-tiba saja langit sebelah barat sudah termakan seperempatnya 
mulai temaran melebur senja

Senin, 25 April 2011

seperti sayapku

Dari kejauhan,...
di bawah ufuk barat sana masih terlihat
ada lamat-lamat sepasang burung putih yang mengapung
terbang membelah angkasa, timbul tenggelam
mereka seperti baru saja pulang dari tetirah jauh
entah habis dari belahan bumi mana burung-burung itu
hingga sesenja ini belum juga menemukan sarangnya
kepak sayapnya terlihat lelah..
tertatih........... seperti sayapku
sayap jiwaku yang terasa rapuh sudah
dan menyatu dalam remang warna siluet.

benakmu disaat badai (special to my father)

Sungguh mati,...
aku tak tahu apa yang mesti ku buat terhadap tangisnya.
Karena aku adalah orang paling tidak berdaya
dalam situasi ini, dalam kondisi seperti ini
Tak tahu, entah kenapa..?

Silir angin dari laut
masih terus menghembus tak bosan-bosannya
Sedari tadi terus mengibas melecutkan cambuk itu
pedih tepat di mukaku
menghujam bebas tak henti..

ah..
semoga situasi ini akan terbayar dengan senyum mereka
sumringah di saat ku datang
membawa sesuatu dalam rajutan benang

ah...
ku harap ini bukan hanya sekedar perjuangan biasa
ini untuk hidup mereka
walau kulitku mengkerut dalam kedinginan

mungkin itulah yang ada dalam benakmu
ayah...
satu nama yang mengajariku arti berjuang dalam hidup
disaat dulu waktu kami berjuang dalam hamparan air bergelombang
saat badai membawa ketakuatan

Jumat, 22 April 2011

selagi air mengalir


kelembutan embun tak sempat kunikmati pagi ini
sentuhan cahaya terwakilkan makna
lelah, tak kunjung dusta tersadur
bentangan cakrawala terkuak sinis
manis terbelah dalam serpihan keping – keping

Ada baiknya engkau berlari
merendam seisi kepalamu di kubangan sepi
kemudian berjemur di panas terik
membenturkan jidatmu ke tanah gersang ini
daripada kian tenggelam
tak sendiri namun meneggelamkan
selagi air bening terus mengalir

Selasa, 19 April 2011

dekap hujan

Tirai hujan membelai lembut sanubari dengan nafas angin
Menggelitik-gelitik segar, sambil berbisik
"Izinkan aku mendekapmu dengan mesra"
Sejenak kupejamkan mata, hayati kecupan yang ia lontarkan
Dalam dekap hujan yang menjelma menjadi bayangmu
Sekilas kutemukan sejuk membungkus dada
Dalam hembus nafas angin dan canda hujan
Kutemukan segaris senyum dari masa lalu
Sejenak, dalam rinduku yang diteriakkan angin
Kutemukan pula, bayangmu menjelma menjadi tirai hujan
Yang kini mendekapku

Senin, 18 April 2011

srigala terluka

lolongan srigala terluka di malam purnama
memecah kesunyian pemilik maya
merindingkan gigil-gigil malam
melemahkan predator liar sok berkuasa
mereka hanya berlagak gagah
padahal lemah tak berdaya
tuk tutupi kelemahan yang tak patut dibanggakan
dengarlah teriakan luka serigala malam purnama
menutup luka-luka malam
yang baru saja berhenti tercabik siang

Dia menangis.

entah ada sebab apa padanya
disore ini.....
Dia menangis.....,
matanya penuh kesedihan
seperti hendak menyampaikan sesuatu.
Tapi.., seperti tak sanggup untuk mengeluarkannya
dan tertahan di ujung lidahnya.
Segala nampak lain.....
karena semakin aku menelesik
ia seakan semakin rapat menutupnya.
harapku ia mengalirkan semua air matanya dihadapanku.

Dia akan mengeluarkan segenap kesedihannya padaku.

Tapi jauh yang tidak bisa ku ketahui.
Atas dasar apa ia bersedih.
Aku tak tahu.

Sabtu, 16 April 2011

langitpun terkoyak

sinarnya masih semburat, bersilang sengkarut
sehingga, dari arahku terlihat seperti bola mata raksasa
yang seakan berusaha, dipaksa-paksakan menyorot
hanya untuk mengamatiku dari kejauhan sana
tapi sorotannya terkurung
oleh kungkungan tebal gumpalan awan hitam
namun selalu saja, cahaya itu seperti meronta
seakan betul-betul ingin meloloskan dari
dari pasungan yang menggamitnya
sehingga langitpun seperti terkuak
terkoyak, berlubang-lubang
dan, dari lubangnya itu
menyilang-nyilanglah sinar semerah tembaga
menerobos keluar seakan pecah
dan semburat kesegala arah
juga kearahku...

seperti dugaanku

Dan..., seperti dugaanku
tak lama kemudian mendung di matanya itu pun luruh
tumpahlah cairan bening
berhamburan..., menyembul..., mengaliri pipinya yang ranum
seolah...,
seperti pancuran bambu kecil, 
air itu mengucur..,
terhempas diatas tanah merah di semak pegunungan.
Dan..., linangan air matanya seakan menyeret aku
untuk tidak menolak hanyut
ke dalam arus kesedihan yang begitu deras.

Jumat, 15 April 2011

sinar itu

tak lama kemudian
bersamaan silir angin laut
mega-mega yang terlihat seperti pecah
ter-trobos sinar itu
 akhirnya memenangkan pertarungan
dan memeram tiap sulur cahaya yang tersisa
memasukkan-nya kedalam kantung hitam
mengunci rapat-rapat kedalam pelukan malam

Kamis, 14 April 2011

goresan luka

Biarkan aku istirahat bersama ilusiku
menggoreskan kata akanmu
mengukir bayangku bayangmu menjadi satu

Biarkan aku dalam bening malamku
menyimpulkan hari - hari lalu menjadi satu
dengan luka parahku
dengan memar merah hatiku

Malam dentang dua
disimpang hatiku gayuti dia
dingin hati saat itu
bagai tiada arti aku dalam bayangmu
selama ini
ingin kulupa

Dua malam kulewati dengan berlari
sepi hati, semakin sepi
peka jiwa menyadarkanku
ada tenaga yang tersisa
tuk berucap, aku rindu...

Rabu, 13 April 2011

tak ada yang abadi


tiada duka yang abadi di dunia
air mata bukan segalanya
yang dicinta kan pergi
yang didamba kan hilang
Detik waktu kan berlalu
Suka dukakan berlalu
Tiadalah semua abadi
Tangis tawa airmata
Semuakan berlalu dan pergi

Selasa, 12 April 2011

lelah sang pemuja

Aku lelah menjadi pemuja cinta
Karena cinta tidak pernah sekalipun menjelma dalam lembaran asa
Padahal telah ku sampahkan diriku untuk mengais mutiara rasa
Kuminum amis darahku untuk menyegarkan bahasa cinta yang terkungkung dalam dahaga fatamorgana

Sakit dan ngilu hati sudah terlalu jauh menggerogoti tulang sumsum
Membuatku terpaksa berucap selamat tinggal pada bibir yang sudah tak mampu tersenyum
Menyaksikan batin yang berserakan
Dihantam panjangnya hitam-putih episode penantian

Tak akan lagi kubiarkan jiwa-ragaku kembali mengembara mencari dermaga cinta
Akan kutunggu hingga cinta itu sendiri yang datang mencari tuannya
Karena ku tak mau di pertuan olehnya lagi
Tapi cinta itulah yang harusnya mempertuankanku mulai saat ini

Senin, 11 April 2011

tentang aku, kau dan rembulan

Kembara imaji menguar dalam ingatan
Tentang aku,kau,dan rembulan
Pantulkan wajah nan sendu segelap karang
Tegak menantang malam dan siang
Sepanjang usia anak cucu di hari kemudian

Tuturkanlah itu dongeng sekali lagi kawan
Mungkin kan kau temukan jawaban
Setelah beberapa se-peminuman teh kau bertahan
Di hadapan angkuh sang surya yang nyalang
Nyinyir mencibir kepada kita sepasang jalang

Kabut

Kerudung pagi hari ini nampak basah
bukan karna hanya tetesan embun
tapi karna guyuran hujan
kerudung pagi itu kabut tipis
menutup pandangan para penghayal
yang baru beranjak dari istana
menghalagi pandang pengayuh sepeda di pagi buta
yang sudah bersiap menyambut tetes peluh
di padang harapan tuk keluarganya
yang selalu cemas dengan keadaan
yang selalu lemas saat belum makan
bersama kayuhannya tertaut sebuah doa
agar tetes keringatnya mengkristal menjadi mutiara

Jumat, 08 April 2011

bumi tua

Mentari pagi bersinar cerah
udara pagi  begitu menyejukan
Burung-burung berkicau riang
Menyambut indahnya pagi ini

Hari demi haripun berganti
Berbulan-bulan telah kita lalui
Bertahun-tahun telah kita lewati
Penuh dengan kesengan duniawi

Tapi kini.....
Alam telah rusak
Bumi kita telah tua
Tanpa kita menyadarinya
Kitalah yang merusak semuanya.....
                                 
Sekarang kita hanya bisa berdo'a
Kita hanya bisa berharap
Semoga allah tetap melindungi kita
Dari semua keadaan yang ada

Kamis, 07 April 2011

sunyi

Ini Sunyi
Tak pernah kau rasai
Berbilang siang berbilang malam hari
Teman-temanmu menjauh pergi
Lawan-lawanmu memusuhi tanpa nurani
Ini Sunyi
Tak pernah kau rasai
Berbilang bulan berbilang tahun di sini
Sembilu-sembilu kata-kata melayang dari kegelapan ! Berulangkali !
Luka-luka tak tampak mata membekas perih.

Selasa, 05 April 2011

dalam sunyi

Melangkah dalam sunyi
Menyusuri lingkaran waktu
Membayangi sisi-sisi hari
Merenungi sebuah perjalanan panjang dan melelahkan
Melangkah dalam sunyi
Menebar catatan langit yang singgah di ujung hati
Menyamarkan rindu
Memudarkan angan
Berbumbu pada malam yang pekat
Melangkah dalam sunyi
Membawa asa dan harapan
Terkoyak kerinduan
Terhampar di padang gersang
Mengais puing-puing mimpi
Menggali kubur dalam nurani

Senin, 04 April 2011

hati berisi mimpi

bertanya pada alam
kenapa malam ini gelap tanpa rembulan
suram, memupuk hati yang jengah
benci akan ketidak pastian...
ini hati berisi mimpi
bukan hanya sekedar gumpalan darah
ini bukan hanya sekedar kotak imajinasi
yang perlu inspirasi tuk mengabstrakkan kata
yang terserak di antara harap yang mengapung
di buih-buih putih ombak pengikis pantai

Minggu, 03 April 2011

akankah

Akankah semua ini menjadi arti
Bila kita hanya terpaku dan tetap tak mengerti
Makna segala rasa yang terberi
Dalam hasrat yang nyata di kelabuku
Hingga terus menyudutkanku ke ujung mimpi
Yang tak ingin ku akhiri
Bila hujan itu tak membasahi
Yang tak ingin tersudahi 

Sabtu, 02 April 2011

sebuah kesalahan besar

dibalik awan awan hitam semua ini menggumpal
menanti waktu untuk petir menjadi kemarahan alam
karna itu adalah saat yang tepat
untuk merenungi sebuah kesalah besar yang baru terjadi

sampai kini masih belum bisa ku temui darimu
sesuatu yang pernah hilang sebagai penghias keindahan
karna ku ragukan yang ada padamu
tak mudah untuk ku memulai
namun ku mencoba memahami ini
ini situasi sederhana namun sulit dipecahkan

Jumat, 01 April 2011

kita berbeda

aku dan daifnya diriku, sungguh tak pantas untukmu
aku dan hilafnya hatiku, sungguh tak pantas memilikimu
kita berbeda, sungguh sangat berbeda
ada sesuatu yang membuat rasa itu
walau ku akui ku inginkan indah bayangmu

ku bingung apa yang harus ku lakukan
apakah berjalan di jalan berkerikil tajam
atau memilih mundur dengan cemoohan