Minggu, 31 Oktober 2010

untuk di renungkan

lihat...

gunung2 pun butuh kosongkan jiwa

meski dgn sedikit amarah

atau laut yg tiba2 menepuk dada tunjukkan perkasa

meski berbatas pd bukit dan pantai yg setia temani disisinya.


Bahkan kupu2 kecil rapuh lemah nan indah adalah reinkarnasi

tnp tau betapa buruk rupa dia sblmnya

saatnya lemahkan jiwa didepan Sang Maha

sembari ikatkan erat2 semangat ditiang keikhlasan


ingatlah...,

sakit derita saat ini adalah ranum buah surga

yg dipetik lbh awal...

Jumat, 29 Oktober 2010

andai kau.....

Andai kau adalah cahaya
Terangilah jiwa ku
Terangilah jalan ku
Agar tak gemetar kaki melangkah
Agar cepat jalan terlewatkan

Hilang arah ku saat dalam gelap
Remuk jiwa ku saat mata tak melihat
Hingga ku cari kemuliaan
Kedamaian, dan arti tiap jalan

Andai kau cahaya
Sentuhlah hati ku
Dengan lembut sentuh mu
Sentuh lah raga ku
Dengan tuntunan jalan ku

Untuk dapat ikuti mulia mu
Yang tertebar tiap jalan mu
Yang tersiram tiap jalan ku

Tau kah kau
Ku rindu
Ku telah lama menunggu
Menanti cahaya mulia mu
Untuk ku

Sajak Si Dungu

Diambang Senja
langit tampak membiru
awan hitam putih mulai menyatu
saat jingga menghampiri kelabu
udara ikut sayup diantara panggilan
gelap syahdu meredup
lampu-lampu mulai tampak hidup
sejuk santun akan sujud
memanjat agar tak terperanjat
dunia tampak panas menyambut mendung
perubahan alam membawa tantangan
membuktikan insan redup 
terpuruk bungkuk 
lupa petunjuk

Kamis, 28 Oktober 2010

bait-bait luka (untuk mbah marijan)

 Tiada yang lebih uzur dari sunyi

kecuali pemilik sunyi itu sendiri

dan ia lebih mengerti hati serta ucapanmu

sekalipun ia diam membisu.
Jangan biarkan dirimu tenggelam

dalam lautan kata-kata tak bermakna

mereka seumpama sepoi hendak menasihati

menasehati sang karang akan ombak dan badai.
"Tetaplah membisu, dalam kedewasaan fikiran dan jiwa."

Rabu, 27 Oktober 2010

Pemuja berbalut rindu

Dalam dermaga ku bernyanyi dengan lirih

Hayalanku tertimang dalam pelukan duka

Tapi di sini kurasa cinta yang menggelora dalam dada

Nyanyianku sermerbak bagai haruman bunga di taman

Suara lirihku memanggil para pemuja cinta

Pemuja cinta yang  bersemi dalam balutan kerinduan.

rembulan

"rembulan memang selalu merakit bintang-bintang
baru kemudian memasukkannya dalam dada-dada manusia"

Selasa, 26 Oktober 2010

jangan menangis

Rembulan merakit bintang baru
Cahayanya menusuk tepat ke ulu hati yang semakin pilu...
Sang Pemilik Rindu tertawa melihat air mata yang terbuang sia-sia..
Karena ternyata kau ditakdirkan mendapatkan sebentuk cinta dari bidadari surga..

belati

Cinta datang bawa belati dua mata..
Rindu kan buat itu makin tajam..
Dan cemburu jadi alasan kita tuk saling tikam..

Senin, 25 Oktober 2010

dinding bisu

Di sepotong dinding bisu
tak bergeming pada rayu angin subuh
aku menulis kepada mimpimu
syair yg datang dari bintik embun
pada ketika
kesunyian pulang
dari sinar samar kunang-kunang

Menunggu kuncupmu mekar

Musim berganti kembang bersemi
terlihat indah di jambangan hati
tak kan pernah jemari ini memetik setangkai wangi
hingga kau tertunduk layu mengering mati

semerbakmu iringi aku yang menjadi embun pagi
tetes demi tetes  perkelopakmu terbasahi
terpancar mewarni ketika ku menjelma mentari
kembang putikmu kan selalu ku sinari menyapu pagi

selalu ada mekar pada setiap kembang sejati
walaupun layu kau kan terus tumbuh berganti
ada setia wangi pada aroma bunga pengganti
menabur harum pada taman jiwa yang mati

biarkan aku menjadi daun pada tangkaimu yang berduri,
ikhlasku tekadkan hati niatkan nurani
menunggu kembang kuncupmu mekar kembali
dan selalu berseri pada setiap musim di dunia ini...

syair bisu

Terhempas peradaban maya

Syair sunyiku terlerai pudar
Rasa yang tercipta tak jua bermakna

Syairku bisu...mungkin tlah mati

Minggu, 24 Oktober 2010

Bidadari pelangi

Wahai Fajar ketika mentari mulai tampak 
Malam tersayat dengan datangnya pagi
Mata ku menatap diatas bukit nan indah
Ku lihat keremajaan yang menuang rindu
Kasat mata mulai memacu kearah titik tujuh
Warna indah mulai tampak diantara mentari dan bukit
Hay...Bidadari pelangi sambut salam gempita ku untuk mu
Raut wajah yang masih kusam tampa tersapu oleh air
Tangan ku coba meraih embun dan basuh ke wajah ku yang kusut.
Aku berteriak lagi
Hay...Bidadari pelangi sambut mu hangatkan jiwa ini
Ku selalu menanti kedatangan mu saat pagi sinari relung ini
Beri aku hangat warna penuh gempita
Saat hiruk pikut kehidupan menuntutku
Semangati aku
Karena warna mu semangati jiwa raga ini
Karena warna mu membalut kasih relung imaji ku
Teruntuk Bidadari pelangi ku

Sabtu, 23 Oktober 2010

jingga

Langit jingga tak bergeming
Tak berpaling tak bersua
Tak berkata tak bermesra
Hanya menatap penuh makna

Elegi langit jingga
Nyanyikan simfoni derita
Desirkan lunta letih jiwa
Yang tiada penuh makna

Oh langit jingga
Ceritakan ceritamu dalam mimpiku
Lewati anganku dari tatapmu
Tembus impian dengan kisahmu

Langit jingga menatap penuh makna
Jelas sudah semua cerita
Eleginya tak dapat kujabarkan
Terlalu dalam elegimu

Hanya satu yang disibaknya
Deritamu terlalu panjang ucapnya
Engkau terkurung di penjara
Rohmu hidup ragamu lumpuh

Elegi menyakitkan tapi nyata
Ku terima apa adanya
Ku sibakkan lentera cahaya
Kaburkan langit jingga ke nirwana

menunggang malam

ketika kusematkan serpihan hati
pada kertas-kertas buram

yang runyam dicengkram akal fikiran
terasa penat jiwaku menunggang malam..

Jumat, 22 Oktober 2010

Lembayung

"aku hanya kuasa mengadu pada dinding bisu ini

mengungkapkan isi hati

kerinduanku akan sosok berkerudung senja."

gerimis sutera

Tak lama gerimis turun
bagai benang-benang sutera
oleh alam dirajutnya dalam kenangan
kisah cintaku sekian tahun silam

dingin, basah...
sampanku bergetar
aku hanyut ke muara tak bertuan
kusaksikan bayang-bayang
menari memanggilku pulang

bidadari hitam

jauh langkah sarat kelam menenggelam
tak terbayang diam dalam karam terombang ambing gundah
ada lembayung jatuh di kaki bukit-bukit
kepak sang kelelawar kabarkan angin
berhembus perlahan samarkan prasangka
seakan tak perlu mencari rembulan menari-nari diatas ladang-ladang sepi
biaskan sebuah bimbang meremah hati terjatuh dalam asa telah mati
tak perlu lagi mencari-cari kerna cahyanya terserak dihati
sebab bahasanya berganti sembab
samar-samar redup...redup..dan redup...tak sedu tak sedan
terbiar lebam dalam temaram kepada-nya hari yang ditepinya kubalut kalut
rasa berhenti mengeja sebuah akhir

dalam kehidupan bidadari hitam....

Kamis, 21 Oktober 2010

Tapi

menulis puisi itu, tidak harus panjang dan berbelit-belit

liat aza puisi di bawah ini, singkat, padat namun mengena


"bila angin yang menerpa,
aku masih bisa berlindung di balik bukit.

Tapi,..... ini bayanganmu"

kekalutan malam

 Malam yang merangkak semakin larut

Begitu gelap dan sunyi
Setangkai asa melambung tinggi
Menanti sesuatu yang tak pasti
Ku coba tuk berdiri
Menyusuri hayal yang tak pasti
Dalam kekalutan aku berjalan
Menggapai bayangan - bayangan
Biarlah waktu berputar
Biarlah nafas mendesak ranggas
Biarkan kepedian menggigil kalbu
Mengiringi luka sepotong hati
Seiring langka yang bertati tati
Ingin aku sampaian kepedian ini
Melalui lorong – lorong yang sepi
Melalui jurang – jurang yang terjal
Saat ini malam telah berganti pagi
Biarlah aku pergi dan menyendiri
Mengiringi bunga – bunga yang tak biru lagi

Rabu, 20 Oktober 2010

merah mu membuatku menangis

Oh, terbenamnya matahari
sinar merah mu membuatku menangis.
Mengingatkanpada satu cinta yang menanti ku di langit. 
kesedihan ku, mungkin mati
Do'a malam aku kirim melalui langit diterangi bintang.
Suara angin malam telah membangunkan ku
Di tengah semua kesedihan yg merangkul ku dengan lega.
Dibawah mimpi dan keinginan Aku merindukan belaian-Mu.
"Terlelapdalam keheningan
suara Seruling dari alam gaib mengosongkan hati.
Dengan melodi yang mempesona.
Terang Orion, bayangan Andromeda, panggilan alam semesta menari.
Cinta tulusku, sebelumkesedihan ku mati,
Do'a malam aku kirim melalui langit diterangi bintang.
Sebelum kau bisa menyalahkan jiwaku,,, Itulah damai"

Selasa, 19 Oktober 2010

dera di pekatnya jalan berlumpur

Lembutnya sang bayu yang berhembus
Dulu menyergap dan menghangatkan
Kini pergi karena merasa terabaikan
Terjebak di dalam masa yang panjang
Pernah mencoba bertahan
Melewati dera di pekatnya jalan berlumpur
Mencoba berdiri setegar batu karang
Berpijak pada sebuah kenangan 
Berpegangan pada satu hayalan
Yang pernah dijanjikan dan terpatri
Namun derasnya alir tak kuasa ditahan
Merapuhkan keteguhan jiwa
Sehingga semua terlepas dan pergi
Menghilang dan terserap mentari
Yang mencoba menilik dan melawan hitamnya awan
Dengan benteng derasnya tangis sang hujan
Di langit yang telah sekian lama menjadi saksi kehidupan
Yang pernah terukir dalam jejaknya hari

Senin, 18 Oktober 2010

tertipu cinta

Yang takkan tersibak di balik gelap
Terdengar gema di bukit
Menggaung di lembabnya lembah
Melangkah di ngarai yang mengering
Seolah terbahak menertawakan aku
Yang mengabadikan diri hanya untuk sebuah cinta.
Ku kira kau tercipta untukku
Fikirku cinta sejati itu ada
Nyataya semua hanyalah maya fatamorgana
          Ku kira cintamu adalah terangnya siang
          Ku cari bintang namun tak nampak
Ternyata cintamu hanyalah fajar
Yang mampu menipu aku yang baru terbangun
Dari tidur panjangku yang melelahkan
Dengan mimpiku yang selalu tak sempurna

analogi cintamu

Cintamu adalah luasnya lautan
Ku teguk menghauskanku
Ku selami menenggelamkanku.
Kan ku panaskan dengan teriknya mentari
Biar menguap menjadi awan
Ciptakan gempita dilangit
Dalam tabuhan genderang hujan
Mengguyur bumi dengan tetesnya
          Hasratku…..
          Kan ku tunggu teduh
          Ku sambut warna cintamu
yang terlukis bersama indah pelangi
meski fatamorgana tapi menyejukkanku
ingin ku lebih dekat dan menyentuhmu
Cerah hari yang kutatap terus bergulir
Mengiring detik yang merangkak pelan dalam buaian waktu
Terlarut dalam bersama hembusan angin yang lembut membelaiku

Minggu, 17 Oktober 2010

Tak Takut Kehilangan



Tak takut aku kehilangan indahnya mentari pagi, embun yang bersujud di sudut dedaunan
kupu-kupu bercumbu di atas bunga, ceracau prenjak di seberang jendela
mungkin gerimis dan pelangi atau selendang tipis kabut
yang berlapis-lapis di lekuk perbukitan tempatku menulis sajak dan impian.

Tak takut aku kehilangan pesona senja, kilau emas padang ilalang
angin berhembus sepoi-sepoi menyelisir rambutmu
dan burung-burung kembali ke sarang dalam barisan panjang, kehangatan cinta
seperti barisan pengaduanku ketika pulang ke hatimu, menyelesaikan setiap sajak dan persoalan.
Bagaimana mungkin aku kehilangan, padahal kau selalu di sisiku
kutemukan segalanya menjadi lebih indah, segala sajak jadi lengkap.
Makanya aku tak takut kehilangan kerling bintang di malam hari
musik jangkerik dan serangga malam, lampu-lampu berpendaran bagai untaian manikam
atau rembulan yang suka menyelinap di antara sajak dan rayuan

rintih

Coba kau rasakan rasamu berbisik
Kau akan dengar rasaku berteriak dan merintih
Hingga serak dan terbata
Menyeringai hari dan mencoba trus berlari
Terlintas sejenak berhenti tuk hilangkan letih
Namun ku tepis dan trus berlari
Mencari jejak samar yang tertinggal
Di jalan cerita kehidupan yang mulai mengering
Gerontang karena hujan yang di harapkan
Tak pernah turun dari hitamnya awan
Meski lelah ku persembahkan mimpi untuknya
Hanya tersisa hayal dalam benakku
Menahanku dengan beribu beban tentangmu

Sabtu, 16 Oktober 2010

rindu hayalku

Seanggun lambat senja mengalun
Melagukan kidung senja menyayat hati
Yang mulai tenggelam mengecap dahaga
Setianya menghantar malam yang melenggang
Dengan beribu kenangan dan kemenangan
Bersama musim yang terus berganti
Kucoba dengarkan suara angin
Dalam gemerisik pohon pinus yang bernyanyi riang
Hayalku dalam lamunku jauh di alam sepi
Disaat jiwaku menembus maya berkunjung ke surgamu
Inginku kau di sini temani aku
Yang tak bisa menjauh dari bayang wajahmu
Segeralah hadir disini dan temani aku
Bersama kita lalui masa terindah

Jumat, 15 Oktober 2010

cemburu sang bulan

Tataplah langit malam ini dan resapi indahnya
Lihatlah bulan dengan  purnama yang telah berlalu
Dan taukah kau saat ini hatinya menangis
Karena dalam hatiku mengagungkanmu
Melebihi agung keindahannya
Genggam erat tanganku, jangan lepaskan
Biarkan kecemburuannya memuncak
Agar semakin terang cahyanya merangkum kita
Rasanya tak ingin ku biarkan waktu berlalu
Tak ingin kisah ini beranjak pergi
Tak ingin malam ini berakhir dalam pekat
Tetaplah kau di sini bersamaku
Melukis mimpi kita…..
Menggapai bintang yang terindah disana
Untuk mengabadikan semua kenangan indah kita ini

satu bayang seanggun paras bidadari

Selembut belaian angin yang berhembus dan menyapaku
Dikala senja dengan jingga anggunnya
Yang mulai meninggalkan kehidupan
Mencari satu mimpi yang terurai
Ketika masih bisa ku dengar lugu suaramu manja
Dan kirimkan ke tempatku yang jauh dari kehidupan
Satu bayang seanggun paras Bidadari
Mau tahu kah kau siapa dia…?
Bidadari itu adalah kamu dan akan tetap kamu
Kan ku biarkan dia bermain ombak
Kan ku biarkan dia mengukir jejak
Kan ku biarkan dia menari diatas putihnya pasir
Mengejar waktu…..
Menapak hari…..
Memungut kata yang pernah terucap
Dalam sisa mimpi-mimpiku yang masih teringat dalam benak

indah malammu

Kan ku jaga rekahmu dalam cerahnya mentari
Tataplah langit malam ini dan resapi indahnya
Lihatlah bulan dengan  purnama yang telah berlalu
Dan taukah kau saat ini hatinya menangis
Karena dalam hatiku mengagungkanmu
Melebihi agung keindahannya
Genggam erat tanganku, jangan lepaskan
Biarkan kecemburuannya memuncak
Agar semakin terang cahyanya naungi kita
Rasanya tak ingin ku biarkan waktu berlalu
Tak ingin kisah ini beranjak pergi
Tak ingin malam ini berakhir dalam pekat
Tetaplah kau di sini bersamaku
Melukis mimpi kita…..
Menggapai bintang yang terindah disana
Untuk mengabadikan semua kenangan indah kita ini

arti indah namamu

“Peri Cantik Di Sekuntum mawar yang mekar”
Itulah arti indah namamu
Seindah segala tentangmu
Tak bisa ku pahami mengapa ku memilihmu
Karena itu jangan sekalipun kau tanya sebabnya
Karena sungguh tak ku mengerti…
“Peri Cantik Di Sekuntum mawar yang mekar”
Selalu tebarkan wangi di hari-hari
Runtuhkan keangkuhan di segala sisi
Robohkan selaksa ego yang sempat abadi
Dalam sisi gelap hidup yang lamban mengiring
Menggelepar

Satu tanya bisa menyimpan beribu jawaban







Satu tanya bisa menyimpan beribu jawaban
Bila kita bisa kembali dari mimpi
Yang selamanya dalam ilusi semu…
Andai saja kau bisa merasakan arah angin utara
yang menyeberangi telaga
Namun akankah kau bisa…
Rasamu hilang bersama repihan debu yang terbang terseret waktu.
Jauh… jauh… jauh… dan terus menjauh
Tanpa bisa terhenti…
Tanpa bisa dilawan…
Tanpa bisa tertahan…
Hingga perigiku semakin mendangkal
Sampai terlihat jelas tirus cadas menghujam tanah
Tusukkan perih yang selalu tak sabar….
Mampukah ku terbitkan jejak
Bila mata masih terbakar dalam tanuk
Yang tak pernah mau mengalah