Senyap,
Entah sadar terlarut ke pusaran maut
Terbang melengkung di safir langit, seperti Elang.
Menukik di surau jembatan; rebahkan lelah di pelataran taman
Tak pernah sebuncah kali ini, mendaki waktu tanpa remah kebiri resah
Ada perasaan ganjil menemani ruh, bergelombang di arus angin
Melesat satu arah, bergumul syahdu; menelorong ke langit tujuh
Menyatu dengan zat maha dahsyat, ”gawat aku kiamat”.
Dia kah mendekap? Membawaku ke tiada arah
Jiwa ke dasar sadar, tak ada gusar menampar
Daun senja melambai-lambai, saat terakhir merenung di buaian
Aku kembali mengembara.
Senin, 31 Januari 2011
terlarut ke pusaran maut
Minggu, 30 Januari 2011
Kirana
Kirana matahari masih malu berpendar di riak laut
Burung-burung bersasmita, berkicau rampak salami dunia
Kau bertanya padaNya, ”Apakah aku sanggup?”
Berkeluh tentang hidup, terbenam dalam resah
Sementara penunggumu bersedia menanti anugerah
Meskipun engkau masih sibuk berdiskusi dengan Tuhan
Tentang dunia yang sangat kejam
Para penanti tetap merayuNya
Agar engkau menjadi sesempurna bulan ketika matahari terbenam
Sabtu, 29 Januari 2011
waktu adalah
Jumat, 28 Januari 2011
membaca sepi
Kamis, 27 Januari 2011
palsu
Rabu, 26 Januari 2011
apapun inginmu
dan aku tidak memintamu untuk tidak membenciku. . .
tapi aku peduli seberapa besar maupun kecil
rasa sayangmu padaku. . .
jika memang dirimu menginginkan diriku
dekat denganmu
aku akan selalu senantiasa bersamamu. . .
akan tetapi jika dirimu tidak menginginkan diriku
untuk selalu di dekatmu. . .
aku akan dengan ikhlas hati melepas dirimu. . .
karena aku tidak mau kehadiranku
membuatmu menjadi tidak nyaman dan merasa risih. . .
Selasa, 25 Januari 2011
seperti hatiku
Senin, 24 Januari 2011
menyibak kesunyian
Semilir angin sepoi
Seiring tenggelamnya sang surya
Hanya berteman binatang malam
Menyibak kesunyian yang menyiksa
Sekilas nampak keceriaan
Berlabu di wajah sendu
Bencana menimpa diri
Awal dari kebahagiaan
Tiada saat untuk menghibur diri
Hanya berteman kesunyian dan kehampaan
Berawal cerita sedih nan pilu
Kini ku buka lembaran baru
Minggu, 23 Januari 2011
tak boleh berangan
Tak ada asa disetiap cerita kita.
Aku dan kamu tak boleh berangan.
Dan kenangan tak kan kudekap.
meski aku merasakan kehadirannya,
entah nyata atau tiada,
aku kalah kali ini.
Sungguh aku merasakannya di setiap saat hariku.
temaram jiwa
Di puncak malam, masih tertanam angkuh merengkuh
Aku diam. Nyanyian jangkrik semakin rampak di gendang
Riuh mengebiri gundah tak karuan, di jiwa tuan malam.
Menelorong pagi di selongsong waktu, tubuh remuk melesap
Ke tepian ragu.
Gemericik rinai menyemai selaras malam
Sayang, tak sesuai hati yang sedang lunglai
Aku diam. Nyanyian jangkrik semakin rampak di gendang
Riuh mengebiri gundah tak karuan, di jiwa tuan malam.
Menyulam batin, mengenang pintal rindu di malam cumbu
Genangan selokan rasa, membuncah ke muara nadir malam;sayup sayup
Sembilu menyayat rindu. Porak porandalah pesanggrahan biru
Karena parasmu hanya relief di gundal kalbu.
Jumat, 21 Januari 2011
sang hilang
sahabat yang terabaikan
Rabu, 19 Januari 2011
pelita berjelaga
Selasa, 18 Januari 2011
aku kalah
Aku kalah..
saat menyadari dia mulai bermain di setiap waktuku
aku mulai lengah
ketika dengan tiba-tiba dia menjadi warna
menjadi cerita...
menjadi alasan...
Sungguh aku kalah...
saat perlahan rindu bermain di siang malamku
harus kuakui aku kalah kali ini
Aku mulai melihat senyuman
disetiap pantulan garis matahari
Senin, 17 Januari 2011
tanpa arti
Minggu, 16 Januari 2011
hari yang terbuang
Sabtu, 15 Januari 2011
kehilangan rindu
Renung absurd gerayangi pikiran
selalu menari tanpa jeda di lingkar ripuan
dari matahari bergoyang hingga pagi berjelaga
mataku berkabut kehilangan rindu
Perasaan buncah di hati dan jiwa
adalah keringat resah yang memandikan tanya
ketika mabukku meracau bergelayut di ranting langit
Aku lenyap dari kenyataan yang selalu menjauhkanku
Dari keberadaan. Aku terlarut seperti seduhan teh senja
Tak berkeinginan bercinta dengan nafsu bara
Aku hanya ingin dicintai sesuatu yang menciptakanku
Dendang kidung minor dalam perjalanan
Adalah terjal bagiku. Melarutkanku dalam tarian abu
Mengebiri jantung berdetak, ketika tempo waktu berlalu
Aku gagu. Setiap gigil datang, khawatir adalah lemahku
DariMU.
Jumat, 14 Januari 2011
alis keraguan
Entah apa makna hening berkepanjangan ini
Keramaian yang memecah gendang
Seolah tak mampu mencipta kegaduhan
Aku temaram di senyap ruang Tuhan
Semburat berkelibat di siang, memotret jelas
sudut-sudut nyata di antara alis keraguan.
Aku tak karuan menikmati keindahan
karena semua itu adalah kekhilafan adanya
Kamis, 13 Januari 2011
Mencumbu waktu
cukup meleburkan beku rindu
yang mengendap di bilik selibut perasaan
Betapa tidak, sepekan di gersang padang
tanpa embun menetes di kerongkongan
Senandungkan rintihan serak,
tentang mata air yang selalu merinai
di jiwa engkau bersama kejora.
Memilin malam bercumbu dengan nyanyian Tuhan
di surau yang tidak berjauhan dengan kenangan
Kini, engakau mendekap sembilu selama seminggu
Mencumbu waktu
hingga kau bayar jiwa remuk dengan ramuan rayuanmu
Aku berlabuh di limbung mawar,
ke tepianmu saat matahari ingin tenggelam
Kau sambut dengan semburat senyuman,
hingga berpendar di air mata kebahagiaan
Rabu, 12 Januari 2011
“masa penundaan (untuk kalian – sahabat)”
Selasa, 11 Januari 2011
di hujung malam
Senin, 10 Januari 2011
hanya hayalan
Di puncak hari, langit menangis juga
Ketika cambuk matahari mengamuk
Aku tak sadar, lelah di muka malam
Adalah keringat tubuh yang merindu dekap hangat
Seribu kali sayang, keinginan hanyalah khayalan
Betapa tidak, penari dalam otak laksana bidadari di televisi
Direngkuh tak tergapai, di cium hanya mengembun di layar
Lalu, aku nanar, berontak menampar nalar
Minggu, 09 Januari 2011
memangkas matahari
Merah menepis senja
Saat horizon perlahan memangkas sang matahari
Sampai tenggelam tak bersisa
Henyap sunyi terasa
Hanya berteman lamunan
Di balik kisah sedih
Berawal cerita indah
Ketika hati berbisik cinta
Tatapan mengungkap rasa
Hampa terasa seorang diri
Harap cinta akankah dibalas
Rangkaian kata ungkapan perasaan
Ketika hati berbisik aku mencintai mu
Sabtu, 08 Januari 2011
karna sebuah nama
Gemuruh ombak bergulung menepi
Menghempas karang di tepi pantai
Gejolak cinta tumbuh dan bersemi
Bergelora di dalam dada ini
Waktu berlalu dan terus berlalu
Seiring nada kehidupan yang beragam
Bagai hati yang kian hari kian sengsara
Hanya karena sebuah nama
Hari ku menjadi hari penuh dengan tanya
Yang menghantui perasaan ku
Adakah rasa cinta di hati mu
Yang selama ini aku jadikan harapan
Jumat, 07 Januari 2011
101 puisi
puisi yang tertunda
Rabu, 05 Januari 2011
kekalahan yang terselamatkan
Selasa, 04 Januari 2011
awan petang
hujan... hujan.. hujan...
yang kau turunkan awan petang
mengapa kau tak berikan aku
kesempatan tuk melihat
bulan dan bintang ?
mengapa kau selalu menghalangi
niat tulusku tuk melihat
bulan dan bintang ?
Senin, 03 Januari 2011
hanya seketika
Membuka pintu hati untuk sebuah harapan
Perjalanan yang menghantarkan
Rasa menjelma dipermukaan
Sempat terlihat senyum harapan terlintas diwajah mu
Tiada awan angin dan halilintar
Tetesan bening air menetes
Menghanyutkan harapan ku
Entah dimana
Entah kemana
Menyelinap dibalik awan dalam kesendirian
Berbekal keinginan dalam percarian
Untuk temukan sebuah harapan
Harapan baru.