Sabtu, 01 Januari 2011

negeri tak bernama

Dari senja ke malam kita dibalut asap
debur ombak pantai menguap ke ruang musim
di mana darah kita mengalir perlahan dari kepala ke ujung kaki
dan kau bicara tentang waktu!
lalu kita layangkan pandang ke sudut negeri tak bernama
masih putih, asap menebal
debur ombak menggetarkan pondasi langit
gigil darah di tubuh memuai saat panas semakin sesak di kamar itu
dari malam menjelang pagi asap itu berangsur hilang
kita berselam dalam malam, berenang di udara kota
kita melintasi jalan-jalan bersimpang
darah kita mengalir seperti sungai ke muara yang jauh
dan aku bicara tentang lalang-lalang kering
di mana puisi-puisi tersangkut
raung angin menggetarkan pohon-pohon di bukit
angin yang berasal dari laut
pencipta ombak dan lagu tak berirama
di sana musim selalu panas
"ya, kita berada di negeri yang sama
bumi penyair, tanpa tetes darah petaka!" katamu
pagi, suaramu tersangkut di ujung ombak
dan kau berkelana entah sampai di mana.

0 komentar: