Kamis, 30 Juni 2011

jiwa yang resah

Malam menggantung sepi di tiap tiang-tiang pagarnya
gelap yang menyeramkan menjaga pintu gerbang
dan keheningan menyeruak masuk kedalam kamar jiwa yang resah
yang sedang membaca buku yang hampir lapuk ditelan masa
kekhidmatan membaca membuat jiwa yang resah terlena
tak memperhatikan rembulan yang tersenyum penuh makna
melihatnya lewat jendela yang terbuka
mengundang hasrat keinginan sang malam.

Senin, 27 Juni 2011

digerayangi lelah

Tubuh yang digerayangi lelah
terbaring memberikan dirinya pada pelukan peraduan
yang dengan ikhlas menerima tubuh yang tebal dibalut keinginan
perlahan tak tersadari
kelopak mata melangkah menuju muaranya
dan gerbang bawah sadar terbuka mengundang derit-derit
memanggil merinding yang tertelungkup di ujung gelap
cahaya menyeruak masuk mendorong gelap
hingga terpental ke celah-celah dinding malam.

Jumat, 24 Juni 2011

jerat-jerat keengganan

Bedug ditabuh gema kalimat Illahi menembus alam memenuhi semesta raya
dan sosok impian menggelepar terlempar kealam kesadaran
sementara sosok-sosok tegang terlena dalam belaian keheningan
diselimuti dingin menuntun tangan menarik kehangatan.
sosok tubuh terjaga menyempurnakan pandangan menyapu ruangan
jerat-jerat keengganan perlahan terlepaskan
dan hati menuntun langkah menuju padasan yang berisi air penyucian.
doa-doa menyembur teratur dari bibir berpengetahuan
syukur terucapkan dan harapan dibiaskan
bersyukur pada karunia Illahi akan sebuah 'jidat'
yang mampu sempurna bersujud bicara pada-Nya.

Kamis, 23 Juni 2011

saat kita memulai

Gigil kangen ini, katamu pilu, serupa tatih langkahku yang gamang
meniti dari sunyi ke sunyi dengan tembang lirih melantunkan namamu
Kita merangkai segala kisah lama itu pada berlembar-lembar puisi
mencatatnya dengan jemari gemetar seraya meniupkan asa
pada setiap jejeran huruf yang menandai memori kolektif kita
Lembayung pucat dan semilir angin bertiup lembut
memahat getar asmara kita di langit,
menyisakan spektrum keheningan,
saat kita memulai pendakian hasrat itu sendiri-sendiri
lalu memandangnya dari kejauhan dengan tatap nanar
sambil berbisik lirih: bentang jarak adalah niscaya namun
cinta adalah episode yang tak akan usai dan
padam cahayanya di tungku hati..

Senin, 20 Juni 2011

setangkai sajak

Rerumputan menyirat
jejak-jejakmu jadi jalan setapak
Aku menuju hatimu dengan setangkai sajak
yang kupetik dari perjalanan berliku
bukankah selalu kutanam perdu
penawar rindu.

Embun-embun menyukai telanjang tapak kakimu
ketika kau melintas jalan setapak
rerumputan menjaga jejakmu tetap basah
seperti butir airmata yang enggan jatuh dari bulumatamu
bagaimana pun aku memunguti jejak itu
menyimpannya dalam sebuah sajak
lalu kuikuti ke mana kata pergi mengembara.

Bukankah hatimu kampung halaman
dari seluruh sajakku
tempat aku mudik dengan segala perbekalan
cinta.

Jumat, 10 Juni 2011

bantu aku

Bantu aku menulis kata cinta dengan sinar matamu
agar kutemukan nyala dalam unggun kata
atau jadilah rembulan di ranting-ranting aksara
mengganti tikaman gelap dengan romantika remang.
Biarkan kuikatkan samar-samar cahayamu
menyatukan sejuta kalimat dalam lembar-lembar puisi.
Lalu senyummu kujadikan majas
Agar makna semakin jelas
membebaskan cinta dari pernyataan
yang tak pernah tuntas.
Atau, jadilah kamu laut yang dalam dan biru
mengganti kalimatku yang dangkal dan berbatu.
Kuseberangi selat bibirmu, mengembara
hingga palung jiwamu. Laguna yang teduh berangin
Sebuah jalan setapak membelah ombak.
Ombak di matamu.

Kamis, 09 Juni 2011

luasnya hatimu

Kau bidadari di antara ilalang
menebar kecantikan di keluasan padang.
Kugamit jemarimu melangkah dalam tawa bahagia
lalu kaubiarkan jalan setapak tercipta di hatimu.
Luasnya padang sabana tak dapat menggantikan luasnya hatimu
menerima setiap jejak langkahku.
Lalu tumbuh bunga-bunga di setiap senyummu
jiwaku seperti kupu-kupu dibuatnya.

Rabu, 08 Juni 2011

tatapanmu

Seuntai angin di rambut mayangmu, jatuh terurai
tatapanmu menyelinap manis di antara garis-garis rambutmu
bak sinar matahari di celah gerimis
sebuah teralis yang akan menahanku berlama-lama memandangmu
sebab biasanya akan muncul pelangi menuruni pematang di hatimu
rindang dedaunan menyembunyikan reranting sunyi
yang diam-diam ditumbuhi anggrek ungu
makanya aku suka sekali memandangmu.

Selasa, 07 Juni 2011

tersungkur

Pohonan senja
kilau daundaun bagai kristal tertiup angin
kesunyian terbakar di pucuk-pucuk ilalang
menyemburkan cahaya ke dalam kalbu.
Surya bagai softlens jingga
di bola matamu cakrawala cinta.
Pendar-pendar telaga
dengan selendang gelombang
menari meliuk menyeret jantungku
jemari-jemari ombak merepih bak lentik penari Bali
menyempurnakan sudut akhir kerlingan mata.
Aku tersungkur di terjun matamu.
Guguran kelopak seroja
menjelma perahu
menuntun matahari ke dalam kelambu.
Diam-diam aku terhanyut
ke lubuk hatimu. Tempat paling khusuk
untuk sepucuk puisi.

Senin, 06 Juni 2011

sebaris hujan

Pada sebaris hujan
kita masuki cakrawala
dengan payung terbuka tanpa lembayung senja

terpa angin meninggalkan jejak dingin di dada.
dan engkau menggigil di jantungku.

Jutaan tetes air beterbangan
seperti tangis terbebas dari kesedihan
seperti bunga-bunga tumpah dari jambangan

mengisi hatimu yang bimbang
mengubah rintihmu jadi tembang dalam rintik merdu

Sabtu, 04 Juni 2011

berilah keajaiban

Berhembuslah wahai tepian badai
Larutlah dalam sendunya angin
Yang tak pernah lelah menyelimuti bumi
Jangan biarkan cemasku murung
Merenungi jalan hidup yang membingungkan
Buang jauh mega hitam yang menggumpal
Dan melebur dalam tiap gerak tarian hujan
Yang tak bisa mengecap matahari
Namun biarkan gerimis yang tak bisa ditahan 
Jatuh dicerahnya angkasa tak terjangkau
Agar bingkai ukiran pelangi itu bisa tertatah
Menyempurnakan keindahan yang sempat memudar
Berilah keajaiban di tiap hayal malamku
Larutkan dalam tiap tetes embun dan helai udara
Hingga kelabuku terendap dan menghilang
Dari mekar bunga yang sempat memudar
Kini warna indahnya menyejukkan…..
Kini semerbak wanginya menenangkan…..

Rabu, 01 Juni 2011

matamu

Aku ingin melihat matamu yang indah
simfoni nan syahdu
mengalun melalui lorong hatiku
sukma gemulai mengikuti irama jiwa 
segala cerita hanyalah sejahtera 
bagi anak bangsanya.

Aku ingin melihat matamu yang indah
sebuah telaga bening yang sejuk airnya 
tempat bermain dan berenang-renang bidadari malam
lumut dan batu-batu adalah pembersih jiwa
aroma semesta adalah bunga 
yang ada di dalam hati.