Malam menggantung sepi di tiap tiang-tiang pagarnya
gelap yang menyeramkan menjaga pintu gerbang
dan keheningan menyeruak masuk kedalam kamar jiwa yang resah
yang sedang membaca buku yang hampir lapuk ditelan masa
kekhidmatan membaca membuat jiwa yang resah terlena
tak memperhatikan rembulan yang tersenyum penuh makna
melihatnya lewat jendela yang terbuka
mengundang hasrat keinginan sang malam.
Kamis, 30 Juni 2011
jiwa yang resah
Senin, 27 Juni 2011
digerayangi lelah
Tubuh yang digerayangi lelah
terbaring memberikan dirinya pada pelukan peraduan
yang dengan ikhlas menerima tubuh yang tebal dibalut keinginan
perlahan tak tersadari
kelopak mata melangkah menuju muaranya
dan gerbang bawah sadar terbuka mengundang derit-derit
memanggil merinding yang tertelungkup di ujung gelap
cahaya menyeruak masuk mendorong gelap
hingga terpental ke celah-celah dinding malam.
Jumat, 24 Juni 2011
jerat-jerat keengganan
Kamis, 23 Juni 2011
saat kita memulai
Senin, 20 Juni 2011
setangkai sajak
jejak-jejakmu jadi jalan setapak
Aku menuju hatimu dengan setangkai sajak
yang kupetik dari perjalanan berliku
bukankah selalu kutanam perdu
penawar rindu.
Embun-embun menyukai telanjang tapak kakimu
ketika kau melintas jalan setapak
rerumputan menjaga jejakmu tetap basah
seperti butir airmata yang enggan jatuh dari bulumatamu
bagaimana pun aku memunguti jejak itu
menyimpannya dalam sebuah sajak
lalu kuikuti ke mana kata pergi mengembara.
Bukankah hatimu kampung halaman
dari seluruh sajakku
tempat aku mudik dengan segala perbekalan
cinta.
Jumat, 10 Juni 2011
bantu aku
agar kutemukan nyala dalam unggun kata
atau jadilah rembulan di ranting-ranting aksara
mengganti tikaman gelap dengan romantika remang.
Biarkan kuikatkan samar-samar cahayamu
menyatukan sejuta kalimat dalam lembar-lembar puisi.
Lalu senyummu kujadikan majas
Agar makna semakin jelas
membebaskan cinta dari pernyataan
yang tak pernah tuntas.
mengganti kalimatku yang dangkal dan berbatu.
Kuseberangi selat bibirmu, mengembara
hingga palung jiwamu. Laguna yang teduh berangin
Sebuah jalan setapak membelah ombak.
Ombak di matamu.
Kamis, 09 Juni 2011
luasnya hatimu
menebar kecantikan di keluasan padang.
lalu kaubiarkan jalan setapak tercipta di hatimu.
menerima setiap jejak langkahku.
jiwaku seperti kupu-kupu dibuatnya.
Rabu, 08 Juni 2011
tatapanmu
Selasa, 07 Juni 2011
tersungkur
kesunyian terbakar di pucuk-pucuk ilalang
menyemburkan cahaya ke dalam kalbu.
Surya bagai softlens jingga
di bola matamu cakrawala cinta.
dengan selendang gelombang
menari meliuk menyeret jantungku
jemari-jemari ombak merepih bak lentik penari Bali
menyempurnakan sudut akhir kerlingan mata.
Aku tersungkur di terjun matamu.
menjelma perahu
menuntun matahari ke dalam kelambu.
Diam-diam aku terhanyut
ke lubuk hatimu. Tempat paling khusuk
untuk sepucuk puisi.
Senin, 06 Juni 2011
sebaris hujan
Pada sebaris hujan
kita masuki cakrawala
dengan payung terbuka tanpa lembayung senja
terpa angin meninggalkan jejak dingin di dada.
dan engkau menggigil di jantungku.
Jutaan tetes air beterbangan
seperti tangis terbebas dari kesedihan
seperti bunga-bunga tumpah dari jambangan
mengisi hatimu yang bimbang
mengubah rintihmu jadi tembang dalam rintik merdu
Sabtu, 04 Juni 2011
berilah keajaiban
Rabu, 01 Juni 2011
matamu
Aku ingin melihat matamu yang indah
simfoni nan syahdu
mengalun melalui lorong hatiku
sukma gemulai mengikuti irama jiwa
segala cerita hanyalah sejahtera
bagi anak bangsanya.
Aku ingin melihat matamu yang indah
sebuah telaga bening yang sejuk airnya
tempat bermain dan berenang-renang bidadari malam
lumut dan batu-batu adalah pembersih jiwa
aroma semesta adalah bunga
yang ada di dalam hati.