Kenalilah gelisah angin di antara buluh-buluh bambu
yang meliuk ke kanan dan meliuk ke kiri
yang menggemerisik di antara sunyi
karena ada bisikan tentang gelisahku.
Ketika senja turun di bukit-bukit tak berpenghuni
ada rona yang dilukiskan pada latar langitnya
merah membara dan kadang-kadang lembayung
kenalilah warnanya yang disapukan dari rinduku.
Minggu, 02 Oktober 2011
ketika senja turun
Rabu, 21 September 2011
tak tentu arah
syahdu aku seperti dulu, kini mulai tak terdengar..
titik embun mulai mengering tidak lagi patut untuk dipuja..
hmm.. apakah aku tidak lagi seperti itu?
begitu aku.., kaku.., rapuh..,
mata yang mulai lelah, hati yang mulai membusuk,
sanggupkah gelang patah ini kutemukan?
Sanggupkah kata ini ku jadikan permata, kujadikan bunga
Perlahan iba menghangatkan tubuhku…
Jumat, 16 September 2011
memeluk bidadari
Pagi berpayung kelabu terkikis gerimis yang terbakar di matamu.
Hujan membuat kita memasuki perjalanan bara
yang mengembara di dada kita.
Menciptakan matahari.
Matahari yang menggantung indah di matamu,
lalu merangkak ke bulu matamu membentuk pelangi.
Aku memeluk bidadari.
Menghanyutkan segala dera.
tanpa hela.. tanpa jeda..
Di sana gelombang cinta tak kenal lelah.
Membuat rindu seteduh lautan biru tak keluh menyusun gemuruh.
Membuat kecemasan berderai hilang di pasir pantai lengang.
Kita pun tertawa, memecah ubun sunyi.
Seperti ombak berbantun meneriak karang.
Seperti sepasang camar nan santun mempersembahkan cakrawala.
Pada sebuah pagi, matahari menyebrangi samudera yang bergelora anggun di dada kita.
Rabu, 27 Juli 2011
biarkan waktu bicara
Tuk saat ini,
Terima kasih atas pelangi yang kau berikan
Jumat, 22 Juli 2011
Aku bukanlah siapa-siapa
dibuatnya puisi, seakan mampu mengabadikan rembang
seakan mampu menjadikannya tembang.
Tetapi senja tak pernah ragu pada malam
diserahkannya segala jingga.
Malam yang lembut datang perlahan
menyelimuti senja dengan bintang-bintang.
Bila gerimis turun menyunting
kala penyair dan langit berebut mencipta bianglala.
Penyair mengabadikan nya dalam bait
Selalu menjadi guru ketika penyair kehilangan arah,
ia menengadah, berharap langit penuh tanda
Sebab di setiap keindahan, ada peta menuju kata.
Sebongkah matahari kupahat prasasti
dengan kata-kata yang merangkum sejumlah rindu dan hangat dekapan
Aku bukanlah siapa-siapa, apalagi sesuatu.
Tetapi, dari setiap kata yang kumiliki,
Jumat, 15 Juli 2011
menggenggam rindu
seukir kilau, sesafir cahaya yang tersimpan.
Meneteskan sebutir doa.
Kumasuki kelambu hujan
karna ku tau air matamu menggenggam rindu.
Waktu mendesak. Serasa singkat.
Rembang pun lewat,
saat benderang lampu-lampu
dan hujan berpamitan di ambang senja
perlahan menutup payung kita
dengan kecupan.
Kamis, 14 Juli 2011
sebuah cerita
Ini bukan salah mu..
Aku sudah memilih,
Jauh sebelum kamu menerka..
Aku sudah menentukan,
Jauh sebelum kamu merencanakan..
Aku sudah memutuskan,
Jauh sebelum kamu meminta aku untuk terus tinggal..
Ini bukan salah ku..
Kamu sudah berusaha,
Jauh sebelum aku mencegah..
Kamu sudah bersikap,
Jauh sebelum aku mengubah..
Kamu sudah berangan,
Jauh sebelum aku menolak kamu untuk terus ada..
Ini bukan salah kita..
Kita sudah saling menyayangi,
Meski akhirnya menjadi sangat disayangkan..
Kita sudah saling mengerti,
Meski akhirnya menjadi tidak dimengerti..
Kita sudah saling percaya,
Meski akhirnya menjadi tidak bisa dipercaya..
Ini bukan salah masa lalu..
Kalau lelaki yang bersama mu saat membentang janur kuning bukan aku..
Ini pun bukan salahnya..
Dan kalau di masa depan hanya ada aku dan kamu..
Ini bukan tentang kesalahan..
Ini hanya tentang mengikhlaskan ‘kita’..
Senin, 11 Juli 2011
bercinta dengan kata
Biduk di langit masih kering tertawa
Melihat aku yang tetap bercumbu dengan khayal
Menari kata dalam balutan puisi
Membingkaikan rasa dalam bait
Puisi adalah aku
Aku bercinta dengan kata
Dan merangkai menjadi satu kenangan indah
Dekapan kalimat panjang membuai mesra diriku
Kutemukan ada detak lemah setia
Jumat, 08 Juli 2011
kutandai
agar kuberteduh dan mengusap lekang wajahku dan membiarkan bayangku
meresap ke dalam sunyimu.
Telah kutandai bibirmu dengan pantai dan perahu
akulah laut yang tak bosan mengecup-ngecup sampai gairahku mendidih
agar kuberlabuh dan menambat tali rinduku dan membiarkan kehidupanku
bersandar di pelabuhanmu.
Telah kutandai hatimu dengan taman dan bunga mawar
kutanam sebatang cinta kugembalakan kupu-kupu di langit berawan
dibawanya butir-butir gerimis untuk kugambar pelangi
di lengkung senyummu.
Minggu, 03 Juli 2011
pagi ini
Kuharap angin menari di selasar rumah. Menghibur rambutmu dengan hembus sejuk gunung. Menghapus mimpi buruk yang mungkin menggantung di bulumata. Angin, sampaikan salamku, rindu menggunung sampai puncaknya.
Barangkali di celah pintu ada derit tersisa. Kalimat yang tak dapat kucegah ketika kaubiarkan langkah melengang dalam kembara. Luas padang, merentas ilalang, menggagas setiap fatamorgana sebagai rangkaian doa. Pepohonan meranggas sebab daundaunnya kukirimkan padamu.
Puisi ini untukmu, Adinda. Kalimat pengganti tiap jeda percakapan. Lembaran daun bertanda embun, kecup yang kutitipkan. Ketika mulut tak mampu menerjemahkan dada, pada dekap tiada.
Kamis, 30 Juni 2011
jiwa yang resah
Malam menggantung sepi di tiap tiang-tiang pagarnya
gelap yang menyeramkan menjaga pintu gerbang
dan keheningan menyeruak masuk kedalam kamar jiwa yang resah
yang sedang membaca buku yang hampir lapuk ditelan masa
kekhidmatan membaca membuat jiwa yang resah terlena
tak memperhatikan rembulan yang tersenyum penuh makna
melihatnya lewat jendela yang terbuka
mengundang hasrat keinginan sang malam.
Senin, 27 Juni 2011
digerayangi lelah
Tubuh yang digerayangi lelah
terbaring memberikan dirinya pada pelukan peraduan
yang dengan ikhlas menerima tubuh yang tebal dibalut keinginan
perlahan tak tersadari
kelopak mata melangkah menuju muaranya
dan gerbang bawah sadar terbuka mengundang derit-derit
memanggil merinding yang tertelungkup di ujung gelap
cahaya menyeruak masuk mendorong gelap
hingga terpental ke celah-celah dinding malam.
Jumat, 24 Juni 2011
jerat-jerat keengganan
Kamis, 23 Juni 2011
saat kita memulai
Senin, 20 Juni 2011
setangkai sajak
jejak-jejakmu jadi jalan setapak
Aku menuju hatimu dengan setangkai sajak
yang kupetik dari perjalanan berliku
bukankah selalu kutanam perdu
penawar rindu.
Embun-embun menyukai telanjang tapak kakimu
ketika kau melintas jalan setapak
rerumputan menjaga jejakmu tetap basah
seperti butir airmata yang enggan jatuh dari bulumatamu
bagaimana pun aku memunguti jejak itu
menyimpannya dalam sebuah sajak
lalu kuikuti ke mana kata pergi mengembara.
Bukankah hatimu kampung halaman
dari seluruh sajakku
tempat aku mudik dengan segala perbekalan
cinta.
Jumat, 10 Juni 2011
bantu aku
agar kutemukan nyala dalam unggun kata
atau jadilah rembulan di ranting-ranting aksara
mengganti tikaman gelap dengan romantika remang.
Biarkan kuikatkan samar-samar cahayamu
menyatukan sejuta kalimat dalam lembar-lembar puisi.
Lalu senyummu kujadikan majas
Agar makna semakin jelas
membebaskan cinta dari pernyataan
yang tak pernah tuntas.
mengganti kalimatku yang dangkal dan berbatu.
Kuseberangi selat bibirmu, mengembara
hingga palung jiwamu. Laguna yang teduh berangin
Sebuah jalan setapak membelah ombak.
Ombak di matamu.
Kamis, 09 Juni 2011
luasnya hatimu
menebar kecantikan di keluasan padang.
lalu kaubiarkan jalan setapak tercipta di hatimu.
menerima setiap jejak langkahku.
jiwaku seperti kupu-kupu dibuatnya.
Rabu, 08 Juni 2011
tatapanmu
Selasa, 07 Juni 2011
tersungkur
kesunyian terbakar di pucuk-pucuk ilalang
menyemburkan cahaya ke dalam kalbu.
Surya bagai softlens jingga
di bola matamu cakrawala cinta.
dengan selendang gelombang
menari meliuk menyeret jantungku
jemari-jemari ombak merepih bak lentik penari Bali
menyempurnakan sudut akhir kerlingan mata.
Aku tersungkur di terjun matamu.
menjelma perahu
menuntun matahari ke dalam kelambu.
Diam-diam aku terhanyut
ke lubuk hatimu. Tempat paling khusuk
untuk sepucuk puisi.
Senin, 06 Juni 2011
sebaris hujan
Pada sebaris hujan
kita masuki cakrawala
dengan payung terbuka tanpa lembayung senja
terpa angin meninggalkan jejak dingin di dada.
dan engkau menggigil di jantungku.
Jutaan tetes air beterbangan
seperti tangis terbebas dari kesedihan
seperti bunga-bunga tumpah dari jambangan
mengisi hatimu yang bimbang
mengubah rintihmu jadi tembang dalam rintik merdu
Sabtu, 04 Juni 2011
berilah keajaiban
Rabu, 01 Juni 2011
matamu
Aku ingin melihat matamu yang indah
simfoni nan syahdu
mengalun melalui lorong hatiku
sukma gemulai mengikuti irama jiwa
segala cerita hanyalah sejahtera
bagi anak bangsanya.
Aku ingin melihat matamu yang indah
sebuah telaga bening yang sejuk airnya
tempat bermain dan berenang-renang bidadari malam
lumut dan batu-batu adalah pembersih jiwa
aroma semesta adalah bunga
yang ada di dalam hati.
Selasa, 31 Mei 2011
di sejuk tatapanmu
Matamu sepasang coklat tua yang teduh
memandangmu, seperti rindang pepohonan di tengah naungan skolam dahaga
aku tercebur....
Jatuh dan mencintaimu
dan cinta berpendar dalam berjuta pixel warna
memancar di percik cipratan airmatamu.
Dan di sejuk tatapanmu,..
aku melukis puisi....
sebab di sana ada spektrum cinta
membuat rindu seteduh biru lautan
yang anggun menyusun ombak gemuruh
membuat kecemasan membias ungu seperti langit malam
menunggu bintang-bintang berlabuh.
Senin, 30 Mei 2011
lihatlah gerimis
Angin beringsut perlahan
Langit hanyut ke seberang
Santapan ini tak sedikit pun berkurang
bikin hilang rasa kelaparan
bikin enak hati dan pikiran
Selalu ingin sayang-sayangan siang dan malam
Biar jiwa khusuk terpuaskan.
Lihat gerimis
Seperti butirbutir kasih sayang yang kutaburkan dalam hidupmu
adalah pelangi untuk permadani kita ke nirwana
Berkilauan penuh warna
Tak usah khawatir remang menghapusnya dari cakrawala
Sebab gulungan pelangi tak ada habisnya di hatiku
Semuanya kuhidangkan untukmu.
Minggu, 29 Mei 2011
labuhan hati
Semoga, sayap patahku
cukup menghangatkan pangeran hati
Yang melambungkan bahagiaku,
meneduhkan di saat diri telah merapuh
Kini kumengerti arti penantian
memahami makna gelombang sebelum daratan
saat ksatria kejora memanah mendung di angkasa
derai tawaku menjadi bintang di langit terang
binar mataku cahaya di jiwanya
dia labuhan hatiku
Kamis, 26 Mei 2011
di bawah bulan
Aku sedang memandangmu
di bawah bulan setengah lingkaran
membaca selaksa kata di matamu
menafsirkan sirat cinta.
Maka ketika kau memandangku
aku tahu, kau bulan yang jatuh di wajahku
kau yang selalu di wajahku
menuliskan pendarpendar cahaya
petunjuk bagi langkahku
menelusuri jalan setapak di hatimu
langit yang selalu membukakan pintu
untuk pulang kepakkepak sayapku.
Di bawah bulan yang mengambang
di pematang alis matamu
ribuan kata tertutup embun dan kulihat wajahmu
merunduk menggenggam bulir rindu.
Rabu, 25 Mei 2011
inginku
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya tiada
Inginku mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada
Minggu, 22 Mei 2011
Dear Diary
mungkin waktu ini terlalu sore
untukku menulis catatan harianku
secuil demi secuil kerinduanku
padanya semakin bertambah
kepada bidadari yang ku puja
bukan seorang dinda
ataupun bunga semerbak di taman
namun...
aku terlalu takut mengungkapkan
rasa dalam kalbu
semakin takut dan semakin takut
karena ku tak ingin melukaimu
saat kau bersamaku
Sabtu, 21 Mei 2011
terkulai
diterpa angin ke sanubarimu,
agar senantiasa sejuk berembun,
membekukan kedengkian,
menebarkan pesona keindahan,
hingga aku terpanah sinarmu.
mengisyaratkan sejuta arti,
tentang keresahan jiwa terpana,
terzalimi manisnya senyummu,
dan akupun jatuh terkulai,
hingga saat kau bangunkan aku.
Minggu, 08 Mei 2011
menyelingkuhi waktu
Kau yang terasing dan hampir hilang
maafkan bila ku menyeligkuhi waktu
bukan maksud dan inginku lalui ini
tapi keadaan yang memaksa mengganti makna
dalam pudar yang mulai kehilangan warna
adakah jiwa yang menolongku dalam hilangnya arah
kusadari kini ku tersesat
seperti daun-daun yang hanyaut di arus deras
terseret tak terhenti, tanpa tujuan
Selasa, 03 Mei 2011
rahasia adam dan hawa
Sepiring senja dan ceplok mentari kemerahan
disajikan dengan rasa sayang
taburan gerimis dikupas tipis
seikat pelangi menambah sedap hidangan
seleraku bertambah saat kautambahkan saos canda
kecap manis di bibirmu kuhapus dengan ciuman
Kekasihku... cinta adalah hidangan
resep rahasianya ketulusan dan pengorbanan
rahasia yang dibawa Adam dan Hawa dari surga
cinta adalah menu istimewa bagi setiap pasangan
yang membuat kita bertahan dalam segala cobaan
yang membuat bertambah saling rindu
membuat kecanduan cumbu
Senin, 02 Mei 2011
hanyut
di taman itu, pendarpendar mentari menari
di atas daundaun basah
aku hanyut pada parasmu yang basah.
Tiada yang sungguh indah dari cakrawala cinta
ketika bening tetes hujan menggenang lekuk merah bibirmu
senyum terkulum, mataair dengan sekuntum padma
mengalir hening ke relung sukma.
Ada seikat pelangi di balik gerimismu
cahayanya terurai dalam larik-larik puisi
bercucuran di sudut matamu
melukiskan berjuta pixel warna cinta.
terdampar
Telah kuakarkan gelisah
pada nadi laut
hingga menghunjam kalbu bumi
dan aku menari-nari memacu ombak
menjaring mentari yang terlelap
di pembaringan gulita
Jukungku berlayar tanpa gairah
menyusuri jejak angin dan pasir
yang terlena di tengah percakapan purba
dan sayap-sayap kabut
menyesatkan mataku yang pupuh
hingga aku terdampar di pesisirmu
Sabtu, 30 April 2011
bagai cahaya
Andai kau tau,tidurku begitu lelap oleh syair asmaramu.
mengalir di setiap sudut kamarku, bagai cahaya
menerangi lentera peraduan yang mulai redup.
sinarnya mampu menerobos mimpi indahku bersamamu..
menebarkan cahaya kemilau yang tak berujung.
bening seperti kristal dan putih seperti kapas..
Aku melihatmu bak seorang biduan
yang mendendangkan syair lagu sang pujangga.
yang menjaga tidurku lena
dan memastikan aku terbuai oleh puisi cintamu..
Aku berharap mimpi ini berterusan,
tanpa meninggalkan satu cerita pilu.
sampai sang pajar membangunkanku dari buaian tidur malamku....
aku terperangkap
Selalu terbuai oleh alunan cinta kasih
yang senantiasa bergelora
dalam rengkuhan cintamu
aku terperangkap jauh masuk ke relung hatimu yang paling dalam.
dan asmara itu membuatku hanyut dalam aliran pesonamu.
Membawaku terbang begitu tinggi..
bergelayut pada bulan sabit yang bersinar di malam hari..
sungguh alangkah indahnya
pabila kau yang menemaniku melantunkan syair-syair asmara.
melelapkan tidurku dalam buayan alunan suara merdumu..
berjanjilah
Aku akan mengawalmu dari pencela-pencelamu
bunga-bunga boleh saja layu
tapi ku kan menjaga agar cahaya bunga itu slalu merekah ditaman hati
lalu menjelma menjadi cahaya bintang
yang mengisi kesunyian malam
Duhai cintaku berjanjilah
dihadapan langit dan bintang
sekalipun kita takkan bersatu
namun jiwa kita kekal dalam keabadian cinta.
aku mendengarnya
dan kucoba untuk menjawab setiap pertanyaan bathinmu
bersandarlah dibayang bahuku
yakinlah bahwa aku akan ada disetiap bayang
seandainya
Seandainya aku terlahir kembali
Kuingin menjadi hujan,
agar dapat mempersatukan dua jiwa
yang saling memandang, namun tak kuasa bertemu
Antara bumi dan awan
Seandainya pun tak terlahir kembali
Kuingin menulis jalan tak berujung
Agar dapat menjelajahi
Dua hati di pelosok bumi
bukan purnama
Aku bentangkan dengan jiwa terluka
Kucoba paksakan namun angin begitu kuat…
aku mulai sadar sekarang bukan purnama…
Aku jalan merangkak kelangit
hanya tertatih dan melayang…
Jauh diatas kau tak tersentuh…
kubalutkan luka sayapku…
Ku tunggu angin reda diudara
berdiri dipunggung merindukan bulan berharap
menemukan satu jarum diantara ribuan jerami…
oh takdirlah yang menguatkan aku dan akan ku tunggu sempurnaku
demi bulan dan jerami emasku hingga sinarnya menerangi sadarku…